Minggu Kelima Januari: Modem, Pokopang, dan Sedikit Motivasi Move On!

***WARNING: POST INI DIBUAT OLEH KEKET (TADINYA) BUKAN UNTUK NYINDIR MANTAN. TERIMA KASIH.***



"Jangan jadikan beban, Ket!"

Motivasi gue minggu ini. I'll get to that part later. Pertama, gue seneng banget karena akhirnya modem gue bisa kembali menemani gue browsing! Dan yang lebih menyenangkannya lagi, kuotanya cukup menyenangkan dan banyak! 12 GB buat malem-malem (yay!) dan 5 GB mungkin untuk pagi-siang (biasanya jam segini gue masih tidur atau jalan-jalan.) Harganya pulsa modemnya Rp100.000,00. Lumayan, kan?

"Provider apaan, Ket?"

Providernya Smartfren. Lumayaaaan banget. Jadi ceritanya lucu. Waktu pertama kali gue beli paket 100rb itu, gue streaming YouTube (website termenyenangkan) seminggu, setiap hari, nonstop. Dan gue mikir, "Apa paket gue nggak abis-abis? Kenapa kagak abis-abis ini paket?" Ternyata karena kuotanya yang super-super banyak.

Kedua, POKOPANG. Pokopang sangat sangat populer dikalangan penikmat gadget iOS/Android di seluruh penjuru dunia. Well, sebenernya gue gak yakin apa beneran 'seluruh dunia' atau nggak, tapi seenggaknya, permainan yang based on the most famous social networking, LINE, ini sangat populer dikalangan temen-temen gue. Nggak heran tiap hari LINE gue (hampir) dipenuhi chat invite-an Pokopang atau Clover (if you play Pokopang, you'll know this.) Gue dengan desperate-nya ingin jadi salah satu penggila Pokopang, tapi selalu gagal! Gue masih nggak mengerti nilai estetika yang didapat dari para penggila Pokopang sampai-sampai mereka sangat-sangat mencintainya dan menggilainya.

Terus sekarang gue pengen ngebahas motivasi gue minggu ini yang gue dapat dari Tulang (Re: om dalam Bahasa Batak) gue dan gue rasa, setiap tulisan gue pasti ada bahasan tentang Tulang guenya. Beberapa hari yang lalu, gue mengetahui bahwa mantan gue punya akun social media Path yang baru. Hal ini gue ketahui saat gue lagi scrolling down casually dan gue liat post-an temen gue yang baru nge-accept dia. Gue langsung sensitif. Gue langsung ngerasa kalau dia bener-bener pengen punya kehidupan baru setelah gue. Melihat ekspresi dan air muka gue yang mungkin berubah, Tulang gue langsung tanya, "Apakah dirimu sedang memikirkan sesuatu?" Dengan intonasi keras dan bercanda namun serius, dia tanya hal itu. Gue ngangguk. "(Nama mantan), ya? Dia kenapa lagi?" Tanyanya dengan penuh pengharapan atas gue akan menjawabnya dengan lengkap dan jelas. Alhasil, gue langsung menceritakan semua perasaan gue yang campur aduk itu tentang akun barunya, dan segalanya pretty much. Termasuk perasaan dilemma gue tentang apakah gue harus add akun baru dia atau nggak. Karena 'add as friend' bisa merubah situasi.

Tulang gue langsung minta gue mengambil secarik kertas dan alat tulis, lalu dia menggambar sebuah diagram yang cukup dimengerti oleh mahasiswa muda seperti gue. Dia mulai menjelaskan, "Fase move on seseorang itu nggak bisa berlangsung cepat. Kalau kamu bingung tentang apakah kamu harus add dia atau nggak, ya add saja. Emangnya kalian sekarang harusnya statusnya apa? Okelah, kalian teman. Tapi emang, apa bisa kalian menganggap bahwa kalian berdua nggak pernah lebih dari teman? Nggak kan? Kalian ini nggak sekedar teman lagi. Kalian masih special buat satu sama lain, walaupun nggak ada status pasti dan official-nya." 

Gue menjawab, "Aku sekarang lagi berusaha banget buat nggak terlalu peduli sama dia gitu. Pengen banget ngerasa biasa aja biar gausah inget-inget dia lagi kalau perlu."

Tulang gue menjawab lagi, "Jangan begitu! Dia itu teman specialmu. Kalaupun status kalian yang sekarang nggak mengatakan bahwa kalian adalah sebuah pasangan, tapi secara tidak langsung, pengalaman masa lalu kalian berdua mengatakan bahwa pengetahuan kalian tentang satu sama lain bukanlah sesuatu yang biasa. Jadi add-lah dia. Aku jamin, pasti dia senang saat dia tau bahwa kamu masih peduli."

Gue jawab, "Tapi, kalau boleh jujur, aku sendiri sedang menahan diri buat nggak ngeliat social media dia. Twitternya apalagi. Aku gamau itu jadi halanganku untuk move on."

Tulang gue dengan bijaknya bilang, "Dirimu sendirilah yang menghalangimu untuk move on. Nggak apa-apa kok kalo mau ngeliat keseharian dia. Kan dia special, dia bukan teman biasamu. Dan jangan jadikan stalking itu beban. Karena, sekali lagi, dia pernah special. Dan sesuatu yang special tidak bisa pergi dengan cepat."

Deg! Gue langsung sadar dan lega. Bener juga. Biasanya, orang yang baru putus itu pasti stalking. Dan sebener-benernya, perasaan galau karena stalking itu hanyalah sugesti dari pikiran kita. Kita nggak perlu ngerasa down atau galau setelah stalking karena apa? Kita hanya sekedar ingin tahu kehidupan dia setelah kita kok. Apa ada yang bilang kalau "Kita stalking biar sakit hati"? Nggak ada yang mau sakit hati. Perasaan sakit hati atau galau cuman timbul kalo kita selalu mikirin perasaan-perasaan itu. Makanya orang pengen banget bisa positive thinking, mungkin salah satu alasannya adalah biar nggak sakit hati.

Jangan jadikan stalking itu beban.

Satu hal lagi yang harus gue share ke kalian. Gue rasa dia memperlakukan semua mantannya dengan sama. Saat suatu saat nanti dia punya pacar baru, dan gue berpikir bahwa semuanya baik-baik saja, dan saat gue mengucapkan sesuatu atau ingin memulai chat sama dia, dia akan dengan mudahnya meng-end-chat gue. Dan dia akan bilang ke pacar barunya:

Dia: "Tadi si Keket nge-chat aku, loh."
Pacar barunya: "Hah? Bilang apaan?"
Dia: "Bilang 'semangat UAS-nya ya!' gitu. Ya, langsung aku end chat aja."
Pacar barunya: "Ih masa? Jijik banget sih tuh cewek. Gak tau apa kamu udah punya pacar?"

atau, kalo gue masih berpikir kalo semuanya baik-baik saja dan gue menelepon dia:

Pacar barunya: "Kok ada telepon dari Keket?"
Dia: "Iya, dia tadi nelepon. Aku decline aja."
Pacar barunya: "Ih, gak jelas banget sih tuh cewek. Apa sih nama twitternya?"
Dia: "Kalo nggak salah ya, @Katerina1D."
Pacar barunya: "Dia suka 1D? Hahaha, gak jelas banget sih tuh cewek!"
Dia: "Hahaha, emang!"

Lalu dia menghabiskan semalaman suntuk untuk ngomongin gue bareng pacar barunya. You're a genius, Ket!

Sekian untuk hari ini ya, pembaca! Maaf agak frontal (mungkin sangat frontal). God bless! <3 p="">

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Ketiga Maret: Si Girly dan Si Ganteng

Minggu Kedua November: My Current Cure

Minggu Ketiga Mei: Mantan Pacar dan Pacar Barunya dan Semester Dua